Jumat, 26 Juli 2013

kisahku, hijrahku



kisahku, hijrahku
                                                    oleh : Agustha Ningrum
Allah memang Pembuat Skenario terindah. Terlahir bukan dari keluarga pemuka agama, bukan juga dari anak pondokan,  bukan tak mungkin aku bisa merasakan nikmatnya iman. Berbagai jalan akan mudah jika Allah sudah berkehendak.  Hidayah itu perlahan mengetuk hati dan membawa perubahan kepada diriku dengan proses yang begitu indah dan menantang.
Aku menjadi ajang pembicaraan pada saat itu isitilah kerennya headline news. Baik di kampus, sesepuh angkatan tua dan keluargaku sendiri terkejut. Bagaimana mungkin seorang Utha dengan gaya khas kemeja, celana jeans, kerudung terselampir ke belakang dengan sepatu ketsnya menjelma menjadi perempuan anggun memakai rok panjang tertutup kecuali telapak tangan dan wajah. 
            Yaa. Mengejutkan memang, namun ya inilah hidayah Allah datang dengan cara tak terduga, tak mengenal waktu, tak mengenal siapapun itu sekalipun preman atau pembunuh sekaligus jika Allah sudah berkehendak maka jadilah. Seperti halnya diriku. Aku adalah orang yang bisa di bilang anak gaul lah dengan ciri khas kemeja, celana jeans, kerudung terselampir ke belakang dengan andalan sepatu kets  yang anti pakai rok apalagi jilbab lebar. Beeeuuh panas, ribet.
            Masih teringat jelas, ketika duduk di bangku SMA beribu cara kakak ingin mengubahku sedikit anggun dengan memakai rok namun aku tetap kekeh dengan pendirianku “rok itu ribet” seringkali pula kakak membelikanku buku-buku remaja bernuansa religi seperti novel-novel Annida, Asma Nadia atau buku-buku islami yang hanya ku biarkan begitu saja tertata di rak buku kamar. Untuk menyenangkan hati kakak aku hanya membaca sepintas judul-judulnya dan kata pengantar itupun hanya untuk menjawab pertanyaannya “sudah di baca bukunya dib?” jawabku enteng tanpa dosa karena memang tidak bohong “udah kak”. Padahal arti sudah di sini adalah sudah baca judulnya. Hehe. Yaa inilah kelakuanku di masa lalu. Bacaanku saat itu adalah Aneka, Gadis yang banyak memuat artis-artis dan group band favoritku seperti ColdPlay, LinkinPark, evenged sevenfold dan masih banyak lagi.
            Hingga akhirnya aku di terima di Universitas Negeri Surabaya yang mewajibkan mahasiswa PKK perempuan setiap hari selasa dan kamis memakai rok panjang. Waaah kakakku sangat gembira sekali dengan adanya aturan seperti itu dan lagi..lagi aku tetap kekeh dengan pendirianku “rok itu ribet”.  kalau tidak terpaksa aku enggan sekali memakainya.
            Semua itu proses. Perlahan mata ini sedikit terbuka ketika aku di lingkari pergaulan dengan nuansa agamis. Melihat wanita-wanita itu nampak anggun sekali dengan rok dan jilbabnya yang sedikit di lebarkan, tutur katanya halus, baik pula. aku kagum dengan mereka dan dari sinilah aku baru mengerti hakikat menutup aurat dan banyak sekali ilmu agama yang ku pelajar. Semenjak itulah keinginan taubat terus terbesit dalam pikiranku namun godaan-godaan terus menerpa dan aku menjadi sangat labil pada saat itu
            Suatu hari, tiba-tiba hatiku bergetar ketika mendengar dan membaca salah satu ayat yang menjelaskan tentang Azab Allah dan hisab di akhirat, entahlah pada saat itu aku membayangkan neraka, membayangkan siksaan-siksaan kubur dan aku takut akan hal itu, tiba-tiba ada pikiran jika umurku terpanggil tanpa ada persiapan sedangkan dosa-dosa tertumpuk menggunung? Aaah tidaak, aku takut sekali. Neraka itu sangat panas, siksaan itu sangat pedih. Di tambah lagi dengan kabar meninggalnya sahabat dekatku yang meninggal karena kecelakaan padahal sebelum meninggal ia sempat mengirim kabarnya. Hatiku makin bergetar, air mata jera itu mengalir dengan sendirinya.
            Dari situlah yang membuatku semakin semangat belajar agama. Satu per satu buku-buku islami itu ku baca selain itu juga membaca artikel-artikel yang membahas tentang hijab dan baru aku tahu hakikat menutup aurat adalah seperti makanan yang tertututp oleh tutup saji, menutup rapat namun tidak membentuk beda halnya dengan membungkus nasi, membungkus, memang tertutup namun membentuk. 
            Berusaha menghijabi hatiku, menjaga pergaulan antar lelaki, menjaga kehormatan, bertutur kata dengan baik dan santun namun tetap bisa bergaul, pelan..pelan, perlahan mulai sedikit melebarkan jilbab, melonggarkan baju lalu ku hijabi kakiku dengan balutan kaos kaki dan rok panjang. Meskipun aku tahu resiko dan tantangan yang akan ku hadapi nantinya namun inilah sebuah pilihan, ini adalah sebuah komitmen. Walau sebenarnya banyak orang bilang perubahanku terlalu cepat dan gegabah dalam mengambil sebuah keputusan yang beresiko tinggi namun aku tidak ingin terlalu lama menunggu hidayah itu datang kepadaku sebelum jam taubat telah di tutup.
            Ya, rintangan itu perlahan datang menghampiriku ketika awal masuk kuliah semester tiga. Tak sedikit teman-teman yang memilih untuk menjauh karena takut, karena sungkan atau karena tidak sejalan dengannya, ada juga dosen-dosen yang merendahkanku dengan mempersulit persyaratan untuk mengikuti praktikum, oiya sebelumnya aku ingin menceritakan bahwa untuk bisa ikut praktik di laboratorium itu tidak boleh memakai jilbab dan harus memakai celana, sedangkan aku tidak mungkin melepaskan jilbabku, meskipun banyak di antara teman-temanku yang rela melepas jilbabnya demi bisa mengikuti praktik dan mendapatkan nilai lebih..sempat putus asa, sempat ingin kembali seperti dulu menjadi Utha yang dulu yang biasa saja dengan gayanya memakai celana jeans namun kehadirannya tak terasingkan, mudah diterima bahkan banyak teman, disenangi dosen-dosen tetapi rasa takutku pada Allah yang membuatku tetap bertahan, rasa maluku akan komitmen yang membuatku pantang menyerah untuk menghadapi tantangan ini.
            Kemudian aku teringat ayat Allah yang artinya “barang siapa yang menolong agama Allah niscaya Allah akan memberikan pertolongan dan meneguhkan kedudukanmu “ janji allah itu pasti dan memang benar.  Alhamdulilah perlahan dengan penuh pengorbanan dan perjuangan dosen-dosen itu pun luluh kepadaku. Mereka mengijinkanku praktik memasak dengan rok panjang dan jilbab yang ku kenakan bahkan nilaiku semakin membaik daripada semester lalu hingga akhirnya dosen banyak mengenalku. perlahan dengan sendiriny teman-temanku yang menjauh pun menjadi mendekat, seringkali aku menjadi ajang tempat curhatan mereka.walau begitu aku sangat senang. Sungguh janji allah itu pasti, janji allah tak pernah ingkar.
            Banyak orang menunda-nunda taubat hanya karena alasan belum mendapat hidayah atau sedang menunggu hidayah itu datang. Sungguh,  hidayah itu bukan untuk di tunggu melainkan di cari karena dari proses mencari itu perlahan allah membuka mata kita, kemudian membuka hati kita. Percuma saja jika kita menunggu hidayah itu datang sedangkan mata dan hati kita tetap tertutup atau tanpa disadari telah menutup diri.

Selasa, 23 Juli 2013

Pernikahan Vs Ilmu dan Persiapan



                                  Pernikahan Vs  Ilmu dan Persiapan
             (Ringkasan sederhana tentang Catatan Hati Seorang Istri Asma Nadia)
Awalnya aku berpikir menikah itu sesuatu yang menyenangkan yang di nanti banyak orang. Hidup enak, bahagia dengan pasangan yang di cinta berpahala pula..apalagi kalau habis menyimak kajian pra nikah ustadz Salim A Fillah.. jadi terpikirkan untuk menikah di usia muda terlebih jika mendapat bonus pendamping shalih. Suatu anugrah yang menjadi idaman wanita muslim. Membayangkan dua cinta yang di satukan atas ridho Allah, yang cintanya karena Allah, membina keluarga shalih, membangun keluarga samara  menyejukkan setiap mata memandang adalah idaman semua orang tetapi setelah membaca buku catatan hati seorang istri karangan Asma Nadia. Membuka mataku, menyadarkan bahwasannya tidak semua pernikahan itu berjalan mulus sesuai dengan bayanganku selama ini.
Meski aku sempat mengelak dengan mempertahankan idealisme, kalaulah si lelaki itu ngaji pasti enggak berulah aneh seperti itu.. Ternyata itu bukan jaminan. lelaki yang sholih, sekalipun sudah mengaji tidak bisa di jadikan patokan pernikahan itu akan mulus, tidak bisa di jadikan fondasi kuat bahwa lelaki itu tidak membuat keulahan, benar memang. Sebaik-baik manusia ya manusia. Tidak ada yang sempurna, tidak ada yang tak pernah membuat suatu kesalahan. Ini di buktikan dari kisah-kisah catatan hati seorang istri yang di tulis mbak Asma Nadia.. Salah satunya, menceritakan seorang lelaki sholih yang kuat agamanyaa..karena ke ikhlasannya mengharap ridho Allah, lelaki tersebut langsung menikah tanpa proses melihat wajah si perempuan. Alhasil ketika di pelaminan si lelaki tahu bahwa istrinya tidak cantik meski sudah di karuniai empat anak lelaki tersebut mengaku tidak bisa mencintai istrinya karena istrinya tidak cantik..wallahu’alam aku tidak mengerti bagaimana bisa tidak cinta namun bisa memiliki empat anak, andaikan saja si Istri tahu bahwa suaminya belum mencintainya,  tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya.
Satu lagi kisah yang sempat membuatku parno, salah seorang Istri menceritakan tentang suaminya yang sudah empat tahun selingkuh..sempat si Istri tidak percaya bagaimana mungkin suaminya selingkuh, dia dulu aktifis rohis di kampus, sholatnya tepat waktu rajin ke masjid, terkenal pendiam dan menjaga pergaulannya dengan wanita. Suatu hari tanpa sengaja Istri tersebut membuka pesan di handphone Suami yang isinya penuh dengan kata-kata sayang dan perhatian dari seorang wanita..setelah di introgasi. Suami tersebut menangis dan meminta maaf kepada Istri karena kekhilafannya sudah empat tahun menjalin hubungan dengan wanita lain. Sungguh, hebat sekali si Istri tersebut memaafkan kesalahan suami, meski luka itu masih membekas. Istri tersebut tetap mempertahankan rumah tangganya dengan alasan “aku masih mencintai suami dan anak-anakku, aku sudah senang dia mau mengakui kesalahannya”.

            Dari buku mbak Asma ini aku bisa menarik kesimpulan. Mengapa menikah itu suatu ibadah yang berpahala. Karena dalam sebuah pernikahan itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada yang harus di korbankan, di perjuangkan, ada yang tersakiti, di sakiti, ada kesalahan, banyak khilafnya oleh karena itu Allah tidak mengharamkan perceraian tetapi hal yang di benci oleh Allah karena Allah tahu suatu saat akan ada hambaNya yang tidak bisa melanjutkan pernikahannya karena perceraianlah jalan yang terbaik, namun Allah menginginkan perceraian yang syar’i, dengan cara yang ma’ruf.
            Selagi pernikahan itu bisa di pertahankan alangkah baiknya jika di rawat sebaik mungkin..bagaikan api yang menyala jika tidak di pertahankan maka api itu akan memadam. Seperti halnya cinta, jika tidak di jaga, tidak di rawat maka cinta pun memudar..maka rawatlah cinta itu dengan baik..jaga keharmonisan keluarga..untuk para Istri, bersikaplah yang lembut, senantiasa bertutur halus dan sopan terhadap suami, jaga silaturahmi dengan keluarganya, jagalah penampilan meski di rumah pakailah baju yang pantas yang rapi dan wangi. Sungguh, di luar sana dia menahan godaan melihat wanita cantik, berbetis mulus, berkulit putih tersebar di jalanan atau di tempat kerjanya. Apakah engkau tega menyambutnya dengan daster compang-camping, rambut awut-awutan beraomakan bawang?            Untuk engkau wahai para suami, jagalah pula penampilanmu, meski lelah seharian bekerja..alangkah baiknya jika singgah sebentar di masjid hanya untuk membasuh muka, sikat gigi dan berwudlu..agar pulang ke rumah senantiasa terlihat fresh, beri waktu barang sepuluh menit untuk bercengkrama dengan keluarga, mengajak bermain anak-anak meski sebentar atau sekedar mengucapkan say hai namun bisa menjadi obat rindu bagi anak dan istri. Sunguh, di dalam rumah istri dan anakmu senantiasa menunggumu pulang. Seharian membereskan rumah, menyiapkan masakan istimewa, mendidik anak-anak di rumah. Apakah kau tega menyambutnya dengan wajah lusam, bibir menggerutu mengeluh kecapekan?         
            Untuk kaula muda, yang masih dalam proses penantian seperti saya(hehhe)..indahkan akhlakmu, perbaiki diri, sholihkan diri, pantaskan diri ini mendapat jodoh yang sholih..manfaatkan masa muda untuk menimba ilmu, perbanyaklah belajar..bisa dari buku-buku atau sering mengikuti kajian-kajian lepas di masjid. Jangan sungkan-sungkan untuk membaca buku yang membahas tentang pernikahan atau parenting (pendidikan anak), toh itu ilmu penting bagi kita..meski memang pernikahan di rasa masih jauh dari rencana, tidak ada salahnya mempersiapkan mulai dari sekarang..karena banyak yang di bahas dalam pernikahan, banyak yang harus kita siapkan sebelum waktu itu datang untuk kita. Bukan hanya cinta dan materi namun di butuhkan juga kesiapan mental, alangkah indahnya jika semua itu bisa kita jemput dengan ilmu.
Wallahul musta’an. Semoga bermanfaat
                                                                                                            Banjarbaru, 4 Juli 2013