Minggu, 13 Mei 2012

RINDU INI TAK HALAL

RINDU INI TAK HALAL
Agustha Ningrum

Dua bulan sudah berlalu melewati masa-masa paling menyakitkan dalam hati masa dimana aku harus merelakan dia untuk pergi dari hidupku karena dasar agama yang melarang hubungan ini berlanjut, awal pertemuanku dengannya saat aku baru menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Surabaya. Pagi itu setelah mengikuti mata kuliah tiba-tiba handphoneku berdering tanda pesan ku buka dari Irna. “weekend besok jalan yuk Ta”, yuk yukk kemana Ir?”ke tunjungan plaza yuk aku tunggu ya jam 10,see you”. Irna adalah temanku sewaktu mengikuti test masuk perguruan tinggi dan sekarang dia kuliah di Universitas Airlangga, pagi harinya aku bersiap-siap untuk pergi ke Tunjungan Plaza menemui Irna, kamipun asyik bernostalgia, berbagi cerita, di tengah-tengah perbincangan kami datanglah seorang pria menyapa irna begitu akrab “aduuhh Irnaa aku nyariin kamu ternyata ada di sini”ya ampun Rahman maaf aku terlalu asyik ngobrol jadi enggak ngasik kabar kamu,oh ini kenalin sahabatku waktu SMA”hey Tata,”Rahman”sambil bersalaman akhirnya kami berkenalan baru pertama kenal kami sudah merasa akrab itu karena aku melihat dari sosok Rahman yang kocak mampu membuatku tertawa terbahak-bahak sambil berjalan-jalan di area Tunjungan Plaza tiba-tiba ku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB. “Irna, kayaknya aku harus pulang sekarang deh takut kemalaman sampai asramanya. ”yeah Tata ya sudahlah kalau begitu kapan-kapan ketemu lagi ya say”. Jawab Irna , karena aku belum mengerti jalan Surabaya dan angkutan umum akhirnya aku meminta tolong Rahman untuk memberi petunjuk arah keluar dari area Tunjungan dan angkot menuju asrama dan dia mengantarkanku keluar dari area Tunjungan, menolongku menyeberangi jalanan raya yang begitu ramai, setelah menyeberangi jalan ku lanjutkan perjalananku ke halte menunggu angkutan umum menuju asrama tiba-tiba aku baru sadar ternyata aku belum sempat mengucapkan terima kasih pada Rahman bagiku dia seperti pahlawan di siang hari yang secara sukarelawan mengantarkanku ke luar area mall Tunjungan Plaza dan menolongku menyeberang jalan. Setelah tiba di asrama kepalaku terasa pusing mungkin karena tak tahan dengn cuaca Surabaya yang begitu panas dan akhirnya akupun tertidur hingga aku terbangun lagi karena mendengar handphoneku berdering tanda pesan singkat dari nomor tak di kenal. ” hallo Tata gimana udah sampai rumah?tadi gimana enggak kesasar kan”. pikiranku langsung tertuju pada Rahman siapa lagi kalau bukan dia”. Aku udah sampai asrama, makasih ya buat yg tadi Rahman”. Dari situlah kedekatan ku dengan Rahman berlanjut, perlahan dia mulai masuk dalam hidupku. Setiap hari, setiap waktu handphoneku selalu berdering mulai dari telpon sampai sms dengan perhatian yang berlebihan di berikan kepadaku, dia pun sering menemuiku di kampus entah mengapa akupun mulai tertarik kepadanya, kehadirannya mampu membuatku bahagya dan berwarna saat itu meskipun aturan di asrama melarang berpacaran ataupun berdekatan dengan lawan jenis tanpa ikatan saudara itu karena asramaku berbasis keislaman bisa disebut dengan tarbiyah dimana berkumpulnya wanita-wanita berjilbab besar dan berjubah menjalani hidup dengan syari’at islam dan mengikuti jejak rosulullah biasanya sering di sebut akhwat bagi kaum perempuan dan untuk laki-laki disebut ikhwan meskipun aku belum terkatagori sebagai akhwat sempat terbenak dalam hati ingin merubah diri menjadi wanita muslim seutuhnya namun godaan begitu banyak menghampiriku termasuk kedatangan Rahman masuk dalam ruang hatiku pribadinya yang baik, kocak, perhatian mampu mengalihkan duniaku akupun jatuh cinta padanya. Tanggal 18 Oktober 2011 menjadi hari special untukku aku resmi berpacaran dengan Rahman pria yang ku temui di Tunjungan yang termasuk teman dekat Irna, perasaanku begitu bahagya untuk pertama kalinya jatuh cinta meskipun harus menyembunyikan hubungan ini dengan teman-teman asrama namun itu tak menjadi masalah untuknya. Seiring berjalannya waktu terasa seperti menjalani dua kehidupan yang berbeda secara bersamaan semakin ku mengenal islam lebih dekat dan semakin ku mengenal pribadi Rahman yang sebenarnya dia berubah tak seperti Rahman yang ku kenal saat awal jumpa pribadi yang halus, lembut tutur katanya sepertinya bertolak belakang seiring dengan masalah yang dia hadapi mungkin dapat dikatakan Rahman mengidap depresi karena masa lalunya yang kurang baik perlahan aku mencoba mengerti tentang keadaannya dan memberikan dukungan namun itu semua seperti menyita waktuku terlebih pengetahuanku tentang islam begitu luas, akupun semakin mengerti tentang islam yang sebenarnya dan beberapa alasan mengapa islam melarang adanya pacaran sebelum ikatan pernikahan satu hal yang ku ingat pesan dari teman dekatku di asrama Lilin ”islam itu indah tak mengenal pacaran sebelum menikah karena sesungguhnya cinta yang di umbar itu bukanlah tulus dari hatinya melainkan cinta palsunya lelaki yang mencintai dengan tulus akan tetap menunggu hingga kita halal baginya, wanita baik-baik akan mendapatkan laki-laki yang baik pula”. Begitulah ucap gadis itu membuatku berfikir ada kebimbangan dalam hati ini berat rasanya meninggalkannya karena aku mencintainya namun jika ku lanjutkan hubungan ini akan semakin menambah dosa yang ku perbuat dan ulahnya yang membuat kesabaranku terbatas sering kali dia membuatku menangis, menguras tenaga hanya untuk menenangkan pikirannya yang mudah labil akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri hubungan ini meskipun sangat berat ku coba untuk menguatkan diri ku, segala upaya untuk melupakannya meskipun sulit namun ku coba mencurahkan isi hatiku pada Tuhan, membaca ayat-ayat suci al quran hingga aku merubah diri menjadi seorang muslim seutuhnya menjalani hidup menganut syariat islam dan ajaran rosulullah walaupun tak bisa kupungkiri sampai saat ini bayang-bayang tentangnya masih menghantui pikiranku, kenangan tentangnya tak bisa ku lupakan, aku rindu padanya. Ingin rasanya menangis sekencang mungkin betapa menyesalnya diriku menjatuhkan hati pada pria yang bukan menjadi suamiku, tak bisa ku rasakan saat ini perasaanku sangat hancur mencintai seseorang yang bukan muhrimku, bukan menjadi suamiku melainkan orang lain, orang yang telah menyakitiku. Orang yang ku rindukan ternyata tak halal bagiku dan tak mungkin aku menghubunginya kembali karena ku telah berjanji pada Tuhan tak akan mendekatinya meskipun rasa rindu ini sering ku rasakan di malam yang sepi dalam hati kecilku berdoa ”Ya Allah sungguh aku tak menginginkan perasaan ini tumbuh, karena aku tahu cinta ini, rindu ini tak halal bagimu. Bantulah hamba untuk bisa melupakan semua tentangnya karena ini sangatlah menyisa batinku, ijinkanlah aku untuk kembali ke jalanmu Ya Allah.

1 komentar: