Rabu, 23 Oktober 2013

Di Balik Potensi Pemuda



                                    Di Balik Potensi Pemuda
                                               Oleh : Agustha Ningrum


 Pemuda adalah suatu umur yang memiliki kehebatan sendiri,menurut DR.Yusuf Qardhawi ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas.Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo.Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa,bisa dikatakan seperti dinamit atau TNT bila diledakan.
Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan.Dimana saja,di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda.Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik.Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata,"Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya."Begitu juga dalam sejarah Islam,banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam berjuangan sperti Mushaib bin Umair ,Ali bin Abi tholib,Aisyah dll.Waktu itu banyak yang masih berusia 8,10 atau 12 tahun.Dan usia-usia itu tidak dapat diremehkan.Mereka punya peran penting dalam perjuangan.Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda,Perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda.

Pemuda mempunyai banyak potensi.Akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang terjadi adalah sebaliknya.Potensinya tak tergali,semangatnya melemah atau yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik misalnya tawuran dsb.
Agar potensi tergali dengan baik, maka di butuhkannya kulitas-kualitas yang unggul
10 kualitas unggul yang di butuhkan seorang pemuda adalah :
1.       Keyakinan yang kuat bahwa ALLAH berkuasa atas segala sesuatu.
Ketika sedang tertimpa masalah,  jangan membuat kita merasa bahwa masalah itu tidak bisa diselesaikan, sehingga seolah – olah menganggap masalah itu jauh lebih besar dari kemampuan kita  untuk berusaha menyelesaikannya. Yang paling parah lagi kalau kita mulai kurang yakin bahwa Allah bisa melakukan apa saja untuk mengeluarkan kita dari masalah walaupun menurut kalkulasi hukum sebab akibat tidak mungkin.
2.       Mempunyai kebiasaan memandang jauh ke depan sehingga  menjadi pribadi proaktif.
Seperti halnya berkendara mobil, mobil memiliki lampu jarak jauh. Ia akan memberi kejelasan pandangan ke depan kepada pengendara  sampai jarak 50 m. ini tentu membuat si pengendara bisa melaju dengan hati – hati, lurus dan terarah. Begitu juga jika kita bisa memandang jauh ke depan, tidak mudah tergoda oleh daya tarik jangka pendek, kejutan, dan sensasi kesenangan sesaat dari syahwat dan hawa nafsu. Doktrin ini dari Nabi. “Orang yang cerdas adalah orang yang sanggup mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian ...”
3.       Biasakanlah mempunyai obsesi atau cita – cita hidup yang tinggi
Sebab orang bertaqwa yang dijanjikan untuk mendapatkan jalan keluar oleh ALLAH adalah orang yang mengharapkan surga, orang yang berambisi menjadi orang yang bisa mendapat anugrah ilmu dan harta seluruhnya didayagunakannya di jalan kebaikan yang akan mengantarkannya pada ridho-Nya. Coba periksa kembali bagaiman realitas kenerja kita selama ini?. Bersemangatkan? Atau sebaliknya? Semangat atau tidaknya kita bekerja dalam hidup ini sesungguhnya merupakan dampak langsung dari cita – cita hidup kita.
4.       Harus selalu mengejar ketinggian mutu pada semua aspek kepribadian Diri.
Dalam Al Quran surat 98:7, tidak ada lain kecuali mereka ini adalah manusia unggul dalam hampIr semua aspek kepribadiannya. Ya, keunggulan, kesempurnaan, harus selalu menjadi standar kita dalam meningkatkan seluruh kualitas diri. Baru setelah itu kita akan selalu berpeluang besar untuk sukses dalam hidup ini.
5.       Speed   dalam meraih kebaikan dan prestasi hidup harus didongkrak.
Coba amati apa yang membuat  kita semua di negeri ini begitu sulit untuk mencetak prestasi hidup? Kita tidak punya speed. dalam firman-Nya : “ dan bersegeralah untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu serta surge yang luasnya seluas langit dan bumi …” Nah ampunan dan surga-Nya tidak akan pernah kita dapatkan kalau tidak bisa menorehkan prestasi kebaikan/amal sholeh sebanyak-banyaknya, tentu saja dengan kualitas yang diterima-Nya. Tetapi ini juga berlaku untuk dunia tempat kita mencari segala sarana untuk mewujudkan pengabdian kita kepada-Nya.
6.       Harus selalu mau berkompetisi dalam kebaikan secara sehat dan konstruktif.
Kita merasakan sekali bahwa secara kolektif kita tidak memiliki spirit kompetisi dalam kebaikan, keunggulan, dan prestasi, padahal dalam kitab suci-Nya ketika menyebut surga sebagai anugrah bagi orang orang bertaqwa atas kebaikan, keunggulan, dan prestasi amal sholehnya, Allah berfirman “ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba – lomba.”
7.       Selain speed dan kesangupan untuk selalu berkompetisi,  harus selalu menjadi yang terdepan dalam segala kebaikan.
 mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang – orang yang segera memperolehnya(QS 23:61) Ingat, kita tidak sedang sendirian dalam hidup ini. Dan ingat semua yang bersama kita dalam hidup ini, punya obsesi dan cita-cita yang sama terhadap dunia. Hanya saja orang orang yang beragama menjadikan dunia sekedar sebagai sarana mengabdi dan mendekat kepada-Nya serta berbuat kebaikan kepada sesama. Oleh karena itu, kita tidak layak bekerja, berusaha, berprestasi seadanya, tanpa greget, tanpa target, dan tanpa terobsesi dengan keunggulan.
8.         Harus membiasakan bekerja dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang tinggi.
Memang itu syaratnya. Langkah hidup apapun yang di ambil, tetapi jika diri ini begitu boros dengan sumber daya yang di miliki dan kita juga salah dalam mengalokasikan seluruh sumber daya yang di miliki, maka tidak akan pernah bisa meraih sukses dalam kehidupan. Coba renungkan : “sungguh beruntunglah orang – orang yang beriman yaitu mereka yang meninggalkan segala perkataan dan tindakan yang tidak bermanfaat.”
9.       Cetak dan himpunlah prestasi kebaikan sebanyak mungkin.
Kehidupan ini ditakdirkan oleh-Nya untuk memberikan apapun yang menjadi obsesi dan harapan  sesuai dengan jumlah kebaikan yang dapat di cetak, di himpun dan di berikan kepada kehidupan ini. Harga mati yang telah ditetapkan oleh-Nya untuk kita: “sesungguhnya rahmat Allah selalu dekat dan orang orang terus menerus berbuat kebaikan”. Jadi jika  bermimpi akan mencapai sukses ini dan itu dalam hidup ini, lalu bertindak santai, seenaknya saja tanpa mutu, tanpa kualitas dan dengan standar kerja seadanya, serta merasa cukup dengan prestasi kebaikan yang dicapainya, maka mimpi itu tidak akan pernah terwujud.
10.   Bekerjalah secara kolektif dan kolaboratif
Kebersamaan, sinergi, dan harmoni menjadi watak kehidupan yang diciptakan Tuhan pada ala mini. Maka bekerja sesuai dengan kodrat alam yang sepeti itu, akan memudahkan kita mewujudkan mimpi dan cita cita luhur kita dalam hidup ini. “tolong menolonglah dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan” Mengapa harus begitu? Sebab kebaikan dan taqwa adalah darah daging bagi sehatnya kebersamaan, sinergi dan HARMONI itu.
Semoga
Wallahu A’lam bish showab

Kamis, 17 Oktober 2013

Menjemputnya Dengan Ilmu



                                               Menjemputnya dengan Ilmu
                                     Oleh : Agustha Ningrum
             (Ringkasan sederhana tentang Catatan Hati Seorang Istri Asma Nadia)
Awalnya aku berpikir menikah itu sesuatu yang menyenangkan yang di nanti banyak orang. Hidup enak, bahagia dengan pasangan yang di cinta berpahala pula..apalagi kalau habis menyimak kajian pra nikah ustadz Salim A Fillah.. Wiiiw jadi terpikirkan untuk menikah di usia muda apalagi kalau mendapat pendamping shalih. Suatu anugrah yang menjadi idaman wanita muslim. Membayangkan dua cinta yang di satukan atas ridho Allah, yang cintanya karena Allah, membina keluarga shalih, membangun keluarga samara  menyejukkan setiap mata memandang adalah idaman semua orang tetapi setelah membaca buku catatan hati seorang istri karangan Asma Nadia ini Membuka mataku, menyadarkan bahwasannya tidak semua pernikahan itu berjalan mulus sesuai dengan bayanganku selama ini.
Meski aku sempat mengelak dengan mempertahankan idealisme, kalaulah si lelaki itu ngaji pasti enggak berulah aneh seperti itu.. Ternyata itu bukan jaminan. lelaki yang sholih, sekalipun sudah mengaji tidak bisa di jadikan patokan pernikahan itu akan mulus, tidak bisa di jadikan fondasi kuat bahwa lelaki itu tidak membuat keulahan, benar memang. Sebaik-baik manusia ya manusia. Tidak ada yang sempurna, tidak ada yang tak pernah membuat suatu kesalahan. Ini di buktikan dari kisah-kisah catatan hati seorang istri yang di tulis mbak Asma Nadia.. Salah satunya, menceritakan seorang lelaki sholih yang kuat agamanyaa..karena ke ikhlasannya mengharap ridho Allah, lelaki tersebut langsung menikah tanpa proses melihat wajah si perempuan. Alhasil ketika di pelaminan si lelaki tahu bahwa istrinya tidak cantik meski sudah di karuniai empat anak lelaki tersebut mengaku tidak bisa mencintai istrinya karena istrinya tidak cantik..wallahu’alam aku tidak mengerti bagaimana bisa tidak cinta namun bisa memiliki empat anak, andaikan saja si Istri tahu kalau suaminya belum mencintainya,  hmmm aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan si Istri tersebut.
Satu lagi kisah yang sempat membuatku merinding. salah seorang Istri menceritakan tentang suaminya yang sudah empat tahun selingkuh..sempat si Istri tidak percaya bagaimana mungkin suaminya selingkuh, dia dulu aktifis rohis di kampus, sholatnya tepat waktu rajin ke masjid, terkenal pendiam dan menjaga pergaulannya dengan wanita. Suatu hari tanpa sengaja Istri tersebut membuka pesan di handphone Suami yang isinya penuh dengan kata-kata sayang dan perhatian dari seorang wanita..setelah di introgasi. Suami tersebut menangis dan meminta maaf kepada Istri karena kekhilafannya sudah empat tahun menjalin hubungan dengan wanita lain. Sungguh, hebat sekali si Istri tersebut memaafkan kesalahan suami, meski luka itu masih membekas. Istri tersebut tetap mempertahankan rumah tangganya dengan alasan “aku masih mencintai suami dan anak-anakku, aku sudah senang dia mau mengakui kesalahannya”.

            Dari buku mbak Asma ini aku bisa menarik kesimpulan. Mengapa menikah itu suatu ibadah yang berpahala. Karena dalam sebuah pernikahan itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada yang harus di korbankan, di perjuangkan, ada yang tersakiti, di sakiti, ada kesalahan, banyak khilafnya oleh karena itu Allah tidak mengharamkan perceraian tetapi hal yang di benci oleh Allah karena Allah tahu suatu saat akan ada hambaNya yang tidak bisa melanjutkan pernikahannya karena perceraianlah jalan yang terbaik, namun Allah menginginkan perceraian yang syar’i, dengan cara yang ma’ruf.
            Selagi pernikahan itu bisa di pertahankan alangkah baiknya jika di rawat sebaik mungkin..bagaikan api yang menyala jika tidak di pertahankan maka api itu akan memadam. Seperti halnya cinta, jika tidak di jaga, tidak di rawat maka cinta pun memudar..maka rawatlah cinta itu dengan baik..jaga keharmonisan keluarga..untuk para Istri, bersikaplah yang lembut, senantiasa bertutur halus dan sopan terhadap suami, jaga silaturahmi dengan keluarganya, jagalah penampilan meski di rumah pakailah baju yang pantas yang rapi dan wangi. Sungguh, di luar sana dia menahan godaan melihat wanita cantik, berbetis mulus, berkulit putih tersebar di jalanan atau di tempat kerjanya. Apakah engkau tega menyambutnya dengan daster compang-camping, rambut awut-awutan beraomakan bawang?            Untuk engkau wahai para suami, jagalah pula penampilanmu, meski lelah seharian bekerja..alangkah baiknya jika singgah sebentar di masjid hanya untuk membasuh muka, sikat gigi dan berwudlu..agar pulang ke rumah senantiasa terlihat fresh, beri waktu barang sepuluh menit untuk bercengkrama dengan keluarga, mengajak bermain anak-anak meski sebentar atau sekedar mengucapkan say hai namun bisa menjadi obat rindu bagi anak dan istri. Sunguh, di dalam rumah istri dan anakmu senantiasa menunggumu pulang. Seharian membereskan rumah, menyiapkan masakan istimewa, mendidik anak-anak di rumah. Apakah kau tega menyambutnya dengan wajah lusam, bibir menggerutu mengeluh kecapekan?(ilmu yang satu ini hasil ikut kajian pra nikah oleh utadz Salim A Fillah) 
            Untuk kaula muda, yang masih dalam proses penantian seperti saya(hehhe)..indahkan akhlakmu, sholihkan diri, pantaskan diri ini mendapat jodoh yang sholih..manfaatkan masa muda untuk menimba ilmu, perbanyaklah belajar..bisa dari buku-buku atau sering mengikuti kajian-kajian lepas di masjid. Jangan sungkan-sungkan untuk membaca buku yang membahas tentang pernikahan atau parenting (pendidikan anak), toh itu ilmu penting bagi kita..meski memang pernikahan di rasa masih jauh dari rencana, tidak ada salahnya mempersiapkan mulai dari sekarang..karena banyak yang di bahas dalam pernikahan, banyak yang harus kita siapkan sebelum waktu itu datang untuk kita. Bukan hanya cinta dan materi namun di butuhkan juga kesiapan mental, alangkah indahnya jika semua itu bisa kita jemput dengan ilmu.
 Semoga bermanfaat

Rabu, 16 Oktober 2013

Menjemputnya Dengan Ilmu



                                             Menjemputnya dengan Ilmu
                                     Oleh : Agustha Ningrum
             (Ringkasan sederhana tentang Catatan Hati Seorang Istri Asma Nadia)
Awalnya aku berpikir menikah itu sesuatu yang menyenangkan yang di nanti banyak orang. Hidup enak, bahagia dengan pasangan yang di cinta berpahala pula..apalagi kalau habis menyimak kajian pra nikah ustadz Salim A Fillah.. Wiiiw jadi terpikirkan untuk menikah di usia muda apalagi kalau mendapat pendamping shalih. Suatu anugrah yang menjadi idaman wanita muslim. Membayangkan dua cinta yang di satukan atas ridho Allah, yang cintanya karena Allah, membina keluarga shalih, membangun keluarga samara  menyejukkan setiap mata memandang adalah idaman semua orang tetapi setelah membaca buku catatan hati seorang istri karangan Asma Nadia ini Membuka mataku, menyadarkan bahwasannya tidak semua pernikahan itu berjalan mulus sesuai dengan bayanganku selama ini.
Meski aku sempat mengelak dengan mempertahankan idealisme, kalaulah si lelaki itu ngaji pasti enggak berulah aneh seperti itu.. Ternyata itu bukan jaminan. lelaki yang sholih, sekalipun sudah mengaji tidak bisa di jadikan patokan pernikahan itu akan mulus, tidak bisa di jadikan fondasi kuat bahwa lelaki itu tidak membuat keulahan, benar memang. Sebaik-baik manusia ya manusia. Tidak ada yang sempurna, tidak ada yang tak pernah membuat suatu kesalahan. Ini di buktikan dari kisah-kisah catatan hati seorang istri yang di tulis mbak Asma Nadia.. Salah satunya, menceritakan seorang lelaki sholih yang kuat agamanyaa..karena ke ikhlasannya mengharap ridho Allah, lelaki tersebut langsung menikah tanpa proses melihat wajah si perempuan. Alhasil ketika di pelaminan si lelaki tahu bahwa istrinya tidak cantik meski sudah di karuniai empat anak lelaki tersebut mengaku tidak bisa mencintai istrinya karena istrinya tidak cantik..wallahu’alam aku tidak mengerti bagaimana bisa tidak cinta namun bisa memiliki empat anak, andaikan saja si Istri tahu kalau suaminya belum mencintainya,  hmmm aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan si Istri tersebut.
Satu lagi kisah yang sempat membuatku merinding. salah seorang Istri menceritakan tentang suaminya yang sudah empat tahun selingkuh..sempat si Istri tidak percaya bagaimana mungkin suaminya selingkuh, dia dulu aktifis rohis di kampus, sholatnya tepat waktu rajin ke masjid, terkenal pendiam dan menjaga pergaulannya dengan wanita. Suatu hari tanpa sengaja Istri tersebut membuka pesan di handphone Suami yang isinya penuh dengan kata-kata sayang dan perhatian dari seorang wanita..setelah di introgasi. Suami tersebut menangis dan meminta maaf kepada Istri karena kekhilafannya sudah empat tahun menjalin hubungan dengan wanita lain. Sungguh, hebat sekali si Istri tersebut memaafkan kesalahan suami, meski luka itu masih membekas. Istri tersebut tetap mempertahankan rumah tangganya dengan alasan “aku masih mencintai suami dan anak-anakku, aku sudah senang dia mau mengakui kesalahannya”.

            Dari buku mbak Asma ini aku bisa menarik kesimpulan. Mengapa menikah itu suatu ibadah yang berpahala. Karena dalam sebuah pernikahan itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada yang harus di korbankan, di perjuangkan, ada yang tersakiti, di sakiti, ada kesalahan, banyak khilafnya oleh karena itu Allah tidak mengharamkan perceraian tetapi hal yang di benci oleh Allah karena Allah tahu suatu saat akan ada hambaNya yang tidak bisa melanjutkan pernikahannya karena perceraianlah jalan yang terbaik, namun Allah menginginkan perceraian yang syar’i, dengan cara yang ma’ruf.
            Selagi pernikahan itu bisa di pertahankan alangkah baiknya jika di rawat sebaik mungkin..bagaikan api yang menyala jika tidak di pertahankan maka api itu akan memadam. Seperti halnya cinta, jika tidak di jaga, tidak di rawat maka cinta pun memudar..maka rawatlah cinta itu dengan baik..jaga keharmonisan keluarga..untuk para Istri, bersikaplah yang lembut, senantiasa bertutur halus dan sopan terhadap suami, jaga silaturahmi dengan keluarganya, jagalah penampilan meski di rumah pakailah baju yang pantas yang rapi dan wangi. Sungguh, di luar sana dia menahan godaan melihat wanita cantik, berbetis mulus, berkulit putih tersebar di jalanan atau di tempat kerjanya. Apakah engkau tega menyambutnya dengan daster compang-camping, rambut awut-awutan beraomakan bawang?            Untuk engkau wahai para suami, jagalah pula penampilanmu, meski lelah seharian bekerja..alangkah baiknya jika singgah sebentar di masjid hanya untuk membasuh muka, sikat gigi dan berwudlu..agar pulang ke rumah senantiasa terlihat fresh, beri waktu barang sepuluh menit untuk bercengkrama dengan keluarga, mengajak bermain anak-anak meski sebentar atau sekedar mengucapkan say hai namun bisa menjadi obat rindu bagi anak dan istri. Sunguh, di dalam rumah istri dan anakmu senantiasa menunggumu pulang. Seharian membereskan rumah, menyiapkan masakan istimewa, mendidik anak-anak di rumah. Apakah kau tega menyambutnya dengan wajah lusam, bibir menggerutu mengeluh kecapekan?(ilmu yang satu ini hasil ikut kajian pra nikah oleh utadz Salim A Fillah) 
            Untuk kaula muda, yang masih dalam proses penantian seperti saya(hehhe)..indahkan akhlakmu, sholihkan diri, pantaskan diri ini mendapat jodoh yang sholih..manfaatkan masa muda untuk menimba ilmu, perbanyaklah belajar..bisa dari buku-buku atau sering mengikuti kajian-kajian lepas di masjid. Jangan sungkan-sungkan untuk membaca buku yang membahas tentang pernikahan atau parenting (pendidikan anak), toh itu ilmu penting bagi kita..meski memang pernikahan di rasa masih jauh dari rencana, tidak ada salahnya mempersiapkan mulai dari sekarang..karena banyak yang di bahas dalam pernikahan, banyak yang harus kita siapkan sebelum waktu itu datang untuk kita. Bukan hanya cinta dan materi namun di butuhkan juga kesiapan mental, alangkah indahnya jika semua itu bisa kita jemput dengan ilmu.
 Semoga bermanfaat

Rabu, 21 Agustus 2013

Pesantren Ramadhan Bersama Masjid Al Falah Surabaya



Pesantren ramadhan bersama masjid Al Falah Surabaya
*Tentang aqidah, akhlak remaja.
Definisi iman adalah sebuah karakter aqidah seseorang “aku beriman kepada Allah dan beriman kepada apapun yang datang dari Allah dan beriman kepada Rosululloh” (Imam Syafi’i)
Cukuplah Rosululloh menjadi tauladan, cukuplah Rosululloh menjadi idol kami. Di dalam surat Ali-Imron ayat 31 bersabda katakanlah Muhammad jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya llah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun, maha penyayang.
Jadi jika kalian mencintai Allah dan Rosulnya maka akan di hapuskan dosa-dosanya, maka jika kamu di cintai Allah, Dia akan menyampaikan kepada malaikat bahwa aku mencintai si Fulan  kemudian malaikat menyampaikan kepada seluruh ummatnya dan dunia pun menyukai Fulan.
Definisi cinta kepada Allah telah di jelaskan oleh Imam Syafi’i “ engkau selalu bermaksiat dari Allah, tetapi engkau mengaku cinta kepada Allah. Sungguh, ini hal yang aneh, cinta semacam apa ini? jika memang cintamu jujur kepada Allah maka taatilah perkataan Allah dan Rosullullah. Laksanakan perintahNya dan patuhilah. Itulah wujud cinta kepada Allah.
Jadilah muslim idol yang taat pada perintah Allah dan Rosulullah. Luruskan aqidah, kenali Allah, kenali Rosulullah karena suatu saat nanti ketika di tanyakan di alam kubur tentang bagaimana sholatmu, apa agamamu, siapa tuhanmu dengan aqidah yang lurus dengan kebiasaan baik maka pertanyaan itu bisa terjawab.
ada sebuah pertanyaan “bagaimana menanamkan aqidah di kalangan minoritas? Allah menyanjung ummatnya yang komitmen dengan agamanya. Rosulullah bersabda sesungguhnya islam itu datangnya dengan cara asing, pergi dengan cara yang asing pula maka beruntunglah mereka yang terasingkan. Memang tidak mudah menanamkan aqidah di kalangan minoritas, namun inilah yang menjadi ukuran keimana kita. Di sinilah Allah menguji hambaNya, apakah perubahan tersebut tetap teguh ataupun gugur. Maka ingatlah janji Allah dalam Qur’an surat Muhammad ayat 7 “jika engkau menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
Kesimpulannya, pengertian aqidah di awali dengan dua kalimat syahadat selain syahadat juga rasa cinta kepada Allah dan rosulullah. Tidak beriman seseorang bila tidak mencintai Allah dan rosullullah.

                        *Ini tentang Ilmu dan Keutamaannya
Keutamaan ilmu dan orang berilmu, Allah berfirman : Allah bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan kecuali Dia dan malaikat bersaksi tidak ada yang tidak bisa di sembah kecuali Allah dan kedudukan berilmu.
Orang yang berilmu tidak akan merasa ragu, orang yang berilmu akan di selamatkan dari kesesatan dan orang yang berilmu berkedudukan tinggi karena dengan ilmu yang di manfaatkan maka pahalanya tidak akan terputus bagai sungai yang mengalir.
Ada tiga hal yang menjadi kesimpulan ilmu utama
1.      Ilmu agama. Kenapa?karena ilmu agama  itu cakupannya cukup luas.
Barang siapa Allah kehendaki di berikan kebaikan maka Allah akan pahamkan agamanya, oleh karena itu jadilah yang bercita-cita di pahamkan agama Allah
2.      Ilmu agama itu adalah warisan dari Nabi
3.      Orang yang berilmu ata paham agama akan di mudahkan masuk surga. Dengan agama, taat pada perintah Allah, pahami ajaran Nabi maka tenanglah jiwa kita.
Remaja ini kebanyakan penyakitnya galau. Apa sih penyebabnya?terlalu banyak cari perhatian manusia. Ingin di perhatikan, ingin di bilang keren, ingin di puji hebat, di kagumi banyak orang dengan sengaja pemuda ini mencari-cari cara agar mendapat sanjungan namun ketika usaha telah di lakukan sanjungan tak di dapat galaulah dia, sampai ada yang frustasi, sakit jiwa bahkan mengenaskan lagi dengan cara bunuh diri. Makannya cari perhatian kok ke manusia, carilah perhatian Allah percayalah jiwa kita akan tenang, tentram.
Apa saja yang bisa di lakukan untuk menuntut ilmu agama?
1.      Ikhlas. Hendaknya kita terus meluruskan niat dalam menuntut ilmu agama semata-mata karena Allah, hanya untuk Allah. Apabila dia mencari ilmu agama bukan karena Allah maka dia tidak akan mencium bau surga. Sekali lagi, niatkan karena Allah.
Ada tiga perkara yang nantinya akan di emparkan ke neraka, buan perampok bukan juga pezina dan koruptor tetapi tiga ini adalah
1.      Mati di medan perang.
2.      Suka beramal.
3.      Mengajarkan agama dan Al Quran
Karena ketiga itu melakukannya bukan karena Allah..yang pertama dia ingin di kataka mati syahid oleh manusia, yang kedua dia ingin di kataka dermawan oleh manusia, yang ketiga dia ingin di sebut ahli al qur’an, ahli agama oleh manusia. Maka ikhlaskan semua karena Allah.
2.      Zuhud artinya tidak terlalu terikat terhadap duniawi.
3.      Ilmu yang benar akan melahirkan rasa takut kepada Allah. ciri orang yang beriman hatiya bergetar ketika di bacakan Al Quran
4.      Tawadhu’ yaitu rendah hati. Semakin tinggi ilmu agama maka semakin rendah hatinya. Tidak boleh sombng karena merasa bisa, merasa di pahamkan agama maka engkau memandang sepele orang-orang, merasa hebat di hadapan orang-orang. Begitu jua sebaliknya jika ingin belajar agama maka tidak boleh malu karena belajar tidak pandang umur. Hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam mencari imu, ilmu tidak bisa di raih dengan bersantai-santai.
5.      Sabar dalam mencapai ilmu
Tidak bisa ilmu itu di raih dengan cara instant, dengan cara cepat. Ingat!semua itu butuh proses, ada tahap-tahapnya. Maka tetaplah bersabar.

Kesimpulan : jadilah apa apa saja yang kita inginkan tetapi tetaplah menjadi muslim yang baik.