Di
Balik Potensi Pemuda
Oleh : Agustha Ningrum
Pemuda adalah suatu umur yang memiliki
kehebatan sendiri,menurut DR.Yusuf Qardhawi ibarat matahari maka usia muda
ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas.Pemuda
mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan
anak kecil atau orang-orang jompo.Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa,bisa
dikatakan seperti dinamit atau TNT bila diledakan.
Sejarah
pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan.Dimana
saja,di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda.Karena
pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju
lebih baik.Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah
berkata,"Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran
pemudalah pengibar panji-panjinya."Begitu juga dalam sejarah Islam,banyak
pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam berjuangan sperti Mushaib bin Umair
,Ali bin Abi tholib,Aisyah dll.Waktu itu banyak yang masih berusia 8,10 atau 12
tahun.Dan usia-usia itu tidak dapat diremehkan.Mereka punya peran penting dalam
perjuangan.Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan
itu yang utama ada di tangan pemuda,Perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda
dan dari pemuda.
Pemuda
mempunyai banyak potensi.Akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang
terjadi adalah sebaliknya.Potensinya tak tergali,semangatnya melemah atau yang
lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik
misalnya tawuran dsb.
Agar
potensi tergali dengan baik, maka di butuhkannya kulitas-kualitas yang unggul
10
kualitas unggul yang di butuhkan seorang pemuda adalah :
1.
Keyakinan yang kuat bahwa ALLAH berkuasa atas
segala sesuatu.
Ketika sedang
tertimpa masalah, jangan membuat kita
merasa bahwa masalah itu tidak bisa diselesaikan, sehingga seolah – olah
menganggap masalah itu jauh lebih besar dari kemampuan kita untuk berusaha menyelesaikannya. Yang paling
parah lagi kalau kita mulai kurang yakin bahwa Allah bisa melakukan apa saja
untuk mengeluarkan kita dari masalah walaupun menurut kalkulasi hukum sebab
akibat tidak mungkin.
2.
Mempunyai kebiasaan memandang jauh ke depan
sehingga menjadi pribadi proaktif.
Seperti halnya
berkendara mobil, mobil memiliki lampu jarak jauh. Ia akan memberi kejelasan
pandangan ke depan kepada pengendara
sampai jarak 50 m. ini tentu membuat si pengendara bisa melaju dengan
hati – hati, lurus dan terarah. Begitu juga jika kita bisa memandang jauh ke depan,
tidak mudah tergoda oleh daya tarik jangka pendek, kejutan, dan sensasi
kesenangan sesaat dari syahwat dan hawa nafsu. Doktrin ini dari Nabi. “Orang
yang cerdas adalah orang yang sanggup mengendalikan hawa nafsunya dan beramal
untuk kehidupan sesudah kematian ...”
3.
Biasakanlah mempunyai obsesi atau cita – cita
hidup yang tinggi
Sebab orang
bertaqwa yang dijanjikan untuk mendapatkan jalan keluar oleh ALLAH adalah orang
yang mengharapkan surga, orang yang berambisi menjadi orang yang bisa mendapat
anugrah ilmu dan harta seluruhnya didayagunakannya di jalan kebaikan yang akan
mengantarkannya pada ridho-Nya. Coba periksa kembali bagaiman realitas kenerja
kita selama ini?. Bersemangatkan? Atau sebaliknya? Semangat atau tidaknya kita
bekerja dalam hidup ini sesungguhnya merupakan dampak langsung dari cita – cita
hidup kita.
4.
Harus selalu mengejar ketinggian mutu pada semua
aspek kepribadian Diri.
Dalam Al Quran
surat 98:7, tidak ada lain kecuali mereka ini adalah manusia unggul dalam hampIr
semua aspek kepribadiannya. Ya, keunggulan, kesempurnaan, harus selalu menjadi
standar kita dalam meningkatkan seluruh kualitas diri. Baru setelah itu kita
akan selalu berpeluang besar untuk sukses dalam hidup ini.
5.
Speed dalam
meraih kebaikan dan prestasi hidup harus didongkrak.
Coba amati apa yang
membuat kita semua di negeri ini begitu
sulit untuk mencetak prestasi hidup? Kita tidak punya speed. dalam firman-Nya : “ dan
bersegeralah untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu serta surge yang luasnya seluas
langit dan bumi …” Nah ampunan dan surga-Nya tidak akan pernah kita
dapatkan kalau tidak bisa menorehkan prestasi kebaikan/amal sholeh
sebanyak-banyaknya, tentu saja dengan kualitas yang diterima-Nya. Tetapi ini
juga berlaku untuk dunia tempat kita mencari segala sarana untuk mewujudkan
pengabdian kita kepada-Nya.
6.
Harus selalu mau berkompetisi dalam kebaikan
secara sehat dan konstruktif.
Kita merasakan
sekali bahwa secara kolektif kita tidak memiliki spirit kompetisi dalam
kebaikan, keunggulan, dan prestasi, padahal dalam kitab suci-Nya ketika
menyebut surga sebagai anugrah bagi orang orang bertaqwa atas kebaikan,
keunggulan, dan prestasi amal sholehnya, Allah berfirman “ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba – lomba.”
7.
Selain speed
dan kesangupan untuk selalu berkompetisi, harus selalu menjadi yang terdepan dalam
segala kebaikan.
“mereka
itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang – orang
yang segera memperolehnya” (QS
23:61) Ingat, kita tidak sedang sendirian dalam hidup ini. Dan ingat semua
yang bersama kita dalam hidup ini, punya obsesi dan cita-cita yang sama
terhadap dunia. Hanya saja orang orang yang beragama menjadikan dunia sekedar
sebagai sarana mengabdi dan mendekat kepada-Nya serta berbuat kebaikan kepada
sesama. Oleh karena itu, kita tidak layak bekerja, berusaha, berprestasi
seadanya, tanpa greget, tanpa target, dan tanpa terobsesi dengan keunggulan.
8.
Harus
membiasakan bekerja dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas
yang tinggi.
Memang itu
syaratnya. Langkah hidup apapun yang di ambil, tetapi jika diri ini begitu boros
dengan sumber daya yang di miliki dan kita juga salah dalam mengalokasikan
seluruh sumber daya yang di miliki, maka tidak akan pernah bisa meraih sukses
dalam kehidupan. Coba renungkan : “sungguh
beruntunglah orang – orang yang beriman yaitu mereka yang meninggalkan segala
perkataan dan tindakan yang tidak bermanfaat.”
9.
Cetak dan himpunlah prestasi kebaikan sebanyak
mungkin.
Kehidupan ini
ditakdirkan oleh-Nya untuk memberikan apapun yang menjadi obsesi dan harapan sesuai dengan jumlah kebaikan yang dapat di
cetak, di himpun dan di berikan kepada kehidupan ini. Harga mati yang telah
ditetapkan oleh-Nya untuk kita: “sesungguhnya
rahmat Allah selalu dekat dan orang orang terus menerus berbuat kebaikan”.
Jadi jika bermimpi akan mencapai sukses
ini dan itu dalam hidup ini, lalu bertindak santai, seenaknya saja tanpa mutu,
tanpa kualitas dan dengan standar kerja seadanya, serta merasa cukup dengan
prestasi kebaikan yang dicapainya, maka mimpi itu tidak akan pernah terwujud.
10. Bekerjalah
secara kolektif dan kolaboratif
Kebersamaan,
sinergi, dan harmoni menjadi watak kehidupan yang diciptakan Tuhan pada ala
mini. Maka bekerja sesuai dengan kodrat alam yang sepeti itu, akan memudahkan
kita mewujudkan mimpi dan cita cita luhur kita dalam hidup ini. “tolong menolonglah dalam kebaikan dan taqwa
dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan” Mengapa
harus begitu? Sebab kebaikan dan taqwa adalah darah daging bagi sehatnya
kebersamaan, sinergi dan HARMONI itu.
Semoga
Wallahu A’lam bish showab