Menjemputnya dengan
Ilmu
Oleh :
Agustha Ningrum
(Ringkasan
sederhana tentang Catatan Hati Seorang Istri Asma Nadia)
Awalnya
aku berpikir menikah itu sesuatu yang menyenangkan yang di nanti banyak orang.
Hidup enak, bahagia dengan pasangan yang di cinta berpahala pula..apalagi kalau
habis menyimak kajian pra nikah ustadz Salim A Fillah.. Wiiiw jadi terpikirkan
untuk menikah di usia muda apalagi kalau mendapat pendamping shalih. Suatu
anugrah yang menjadi idaman wanita muslim. Membayangkan dua cinta yang di
satukan atas ridho Allah, yang cintanya karena Allah, membina keluarga shalih,
membangun keluarga samara menyejukkan
setiap mata memandang adalah idaman semua orang tetapi setelah membaca buku
catatan hati seorang istri karangan Asma Nadia ini Membuka mataku, menyadarkan
bahwasannya tidak semua pernikahan itu berjalan mulus sesuai dengan bayanganku
selama ini.
Meski
aku sempat mengelak dengan mempertahankan idealisme, kalaulah si lelaki itu
ngaji pasti enggak berulah aneh seperti itu.. Ternyata itu bukan jaminan.
lelaki yang sholih, sekalipun sudah mengaji tidak bisa di jadikan patokan
pernikahan itu akan mulus, tidak bisa di jadikan fondasi kuat bahwa lelaki itu
tidak membuat keulahan, benar memang. Sebaik-baik manusia ya manusia. Tidak ada
yang sempurna, tidak ada yang tak pernah membuat suatu kesalahan. Ini di
buktikan dari kisah-kisah catatan hati seorang istri yang di tulis mbak Asma
Nadia.. Salah satunya, menceritakan seorang lelaki sholih yang kuat agamanyaa..karena
ke ikhlasannya mengharap ridho Allah, lelaki tersebut langsung menikah tanpa
proses melihat wajah si perempuan. Alhasil ketika di pelaminan si lelaki tahu
bahwa istrinya tidak cantik meski sudah di karuniai empat anak lelaki tersebut
mengaku tidak bisa mencintai istrinya karena istrinya tidak cantik..wallahu’alam
aku tidak mengerti bagaimana bisa tidak cinta namun bisa memiliki empat anak, andaikan
saja si Istri tahu kalau suaminya belum mencintainya, hmmm aku tidak bisa membayangkan bagaimana
perasaan si Istri tersebut.
Satu
lagi kisah yang sempat membuatku merinding. salah seorang Istri menceritakan
tentang suaminya yang sudah empat tahun selingkuh..sempat si Istri tidak
percaya bagaimana mungkin suaminya selingkuh, dia dulu aktifis rohis di kampus,
sholatnya tepat waktu rajin ke masjid, terkenal pendiam dan menjaga
pergaulannya dengan wanita. Suatu hari tanpa sengaja Istri tersebut membuka
pesan di handphone Suami yang isinya penuh dengan kata-kata sayang dan
perhatian dari seorang wanita..setelah di introgasi. Suami tersebut menangis
dan meminta maaf kepada Istri karena kekhilafannya sudah empat tahun menjalin
hubungan dengan wanita lain. Sungguh, hebat sekali si Istri tersebut memaafkan
kesalahan suami, meski luka itu masih membekas. Istri tersebut tetap
mempertahankan rumah tangganya dengan alasan “aku masih mencintai suami dan
anak-anakku, aku sudah senang dia mau mengakui kesalahannya”.
Dari buku mbak Asma ini aku bisa
menarik kesimpulan. Mengapa menikah itu suatu ibadah yang berpahala. Karena
dalam sebuah pernikahan itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada yang harus di
korbankan, di perjuangkan, ada yang tersakiti, di sakiti, ada kesalahan, banyak
khilafnya oleh karena itu Allah tidak mengharamkan perceraian tetapi hal yang
di benci oleh Allah karena Allah tahu suatu saat akan ada hambaNya yang tidak
bisa melanjutkan pernikahannya karena perceraianlah jalan yang terbaik, namun
Allah menginginkan perceraian yang syar’i, dengan cara yang ma’ruf.
Selagi pernikahan itu bisa di
pertahankan alangkah baiknya jika di rawat sebaik mungkin..bagaikan api yang
menyala jika tidak di pertahankan maka api itu akan memadam. Seperti halnya
cinta, jika tidak di jaga, tidak di rawat maka cinta pun memudar..maka rawatlah
cinta itu dengan baik..jaga keharmonisan keluarga..untuk para Istri, bersikaplah
yang lembut, senantiasa bertutur halus dan sopan terhadap suami, jaga
silaturahmi dengan keluarganya, jagalah penampilan meski di rumah pakailah baju
yang pantas yang rapi dan wangi. Sungguh, di luar sana dia menahan godaan
melihat wanita cantik, berbetis mulus, berkulit putih tersebar di jalanan atau
di tempat kerjanya. Apakah engkau tega menyambutnya dengan daster
compang-camping, rambut awut-awutan beraomakan bawang? Untuk engkau wahai para suami, jagalah pula penampilanmu,
meski lelah seharian bekerja..alangkah baiknya jika singgah sebentar di masjid
hanya untuk membasuh muka, sikat gigi dan berwudlu..agar pulang ke rumah senantiasa
terlihat fresh, beri waktu barang sepuluh menit untuk bercengkrama dengan
keluarga, mengajak bermain anak-anak meski sebentar atau sekedar mengucapkan
say hai namun bisa menjadi obat rindu bagi anak dan istri. Sunguh, di dalam
rumah istri dan anakmu senantiasa menunggumu pulang. Seharian membereskan
rumah, menyiapkan masakan istimewa, mendidik anak-anak di rumah. Apakah kau
tega menyambutnya dengan wajah lusam, bibir menggerutu mengeluh kecapekan?(ilmu
yang satu ini hasil ikut kajian pra nikah oleh utadz Salim A Fillah)
Untuk kaula muda, yang masih dalam
proses penantian seperti saya(hehhe)..indahkan akhlakmu, sholihkan diri,
pantaskan diri ini mendapat jodoh yang sholih..manfaatkan masa muda untuk
menimba ilmu, perbanyaklah belajar..bisa dari buku-buku atau sering mengikuti
kajian-kajian lepas di masjid. Jangan sungkan-sungkan untuk membaca buku yang
membahas tentang pernikahan atau parenting (pendidikan anak), toh itu ilmu
penting bagi kita..meski memang pernikahan di rasa masih jauh dari rencana,
tidak ada salahnya mempersiapkan mulai dari sekarang..karena banyak yang di
bahas dalam pernikahan, banyak yang harus kita siapkan sebelum waktu itu datang
untuk kita. Bukan hanya cinta dan materi namun di butuhkan juga kesiapan
mental, alangkah indahnya jika semua itu bisa kita jemput dengan ilmu.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar